Rekomendasi Ruang Seni Fotografi

Rekomendasi Ruang Seni Fotografi – Fotografi semakin tak terpisahkan dari aktivitas traveling. Sederetan museum fotografi yang tersebar di beberapa belahan dunia yang bisa jadi pilihan menarik bagi pencinta fotografi.

1. Tokyo Photographic Art Museum

Satu-satunya museum publik khusus fotografi di Jepang yang dibuka sejak 28 tahun silam. Sampai saat ini, koleksinya mencapai lebih dari 34.000 karya, mulai dari fotografer abad ke-19, hingga ke nama besar seperti Daido Moriyama, Nobuyushi Araki dan sederetan fotografer internasional. Usai menjelajahi keempat lantainya, pengunjung dapat bersantai di kafe atau perpustakaan museum ini. http://162.214.145.87/

2. Foam Fotografie museum Amsterdam

Rekomendasi Ruang Seni Fotografi

Tak sulit menemukan museum foto ternama di Belanda ini. Bersemayam di tepi kanal Keizersgracht—yang masih termasuk kawasan pusat kota, tiap tahunnya, lebih dari 200.000 pengunjung datang untuk menikmati karya foto dokumenter, fashion hingga pameran konseptual. Ekshibisi para fotografer dengan tema tertentu biasanya diadakan hingga 16 kali dalam setahun. Menampilkan pameran monumental seperti karya-karya sang pionir fotografer jalanan, Henri Cartier-Bresson dan Richard Avedon yang merupakan maestro foto fashion dan potret dari Amerika.

3. Magnum Gallery, Paris

Rekomendasi Ruang Seni Fotografi

Sejak berdiri pada 1947, Magnum Photo Agency seolah menjadi himpunan wajib bagi para fotografer legendaris, seperti Steve McCurry, Sebastião Salgado, dan Martin Parr. Galeri ini menyimpan jutaan foto ikonik, mulai dari generasi sebelum Perang Dunia II hingga koleksi terbaru. Selain itu, di sini juga terdapat perpustakaan yang berisi publikasi Magnum edisi terbatas. magnumphotos.com.

4. Centre for Contemporary Photography (CCP), Melbourne

Berawal dari komunitas kecil pencinta fotografi pada 1986, CCP tumbuh menjadi ruang seni kontemporer bergengsi di Melbourne. Merupakan salah satu lokasi favorit warga lokal, karena sering mengadakan workshop dan kelas-kelas menarik. Bangunan rancangan Sean Godsell Architects ini memiliki empat galeri, toko dan area diskusi. Menariknya, tiap malam, galeri ini menampilkan foto slideshow melalui night projection window yang dapat dinikmati pejalan kaki. dari luar.

5. Objectifs, Singapura

Pusat film dan fotografi Singapura ini bersemayam di dalam gereja bercat kuning di kawasan Middle Road. Jika beruntung, pengunjung juga dapat berbincang dengan para seniman yang kadang mampir. Sejak berdiri pada 2003, Objectifs memang ditujukan untuk menciptakan komunitas seni visual Singapura dengan mengadakan diskusi, workshop hingga festival.

6. House of Lucie, Bangkok

Tak perlu jauh-jauh ke Eropa atau Amerika untuk menikmati foto asli para fotografer legendaris. Sejak dua tahun lalu, House of Lucie—cabang dari Lucie Foundation, menyuguhkan sekitar 200 foto milik puluhan nama besar seperti Douglas Kirkland, fotografer Audrey Hepburn dan Marilyn Monroe, hingga Annie Leibovitz, fotografer favorit bintang Hollywood.

7. Three Shadows Photography Art Centre, Beijing

Duo fotografer kondang, Ronrong dan Inri, mengasuh ruang seni ini sejak 2007, dan berhasil menjadikannya sebagai acuan bagi para fotografer Tiongkok. Diarsiteki Ai Weiwei, kompleks Three Shadows seluas 4.600 meter persegi ini memiliki tiga buah galeri. Selain menyimpan karya fotografi kontemporer lokal dan internasional, di dalamnya juga terdapat kafe, ruang cuci foto, dan perpustakaan dengan lebih dari 5.000 koleksi buku.

8. MORI Building Digital Art Museum

Berada di Tokyo, yang memadukan kecanggihan teknologi dan menjadi museum digital pertama di Jepang.

Sejak dibuka pada Juni lalu, museum yang terletak di Odaiba Palette ini jadi salah satu museum populer di Jepang yang juga menawarkan spot instagramable bagi para wisatawan.

Museum seluas 10.000 meter persegi ini memiliki lima area berbeda. Pengunjung dapat melihat lebih dari 70 karya seni interaktif yang diproyeksikan di dinding, lantai, dan langit-langit dengan menggunakan sekitar 520 komputer dan juga 470 proyektor.

Museum hasil kolaborasi antara MORI Building dan TeamLab ini menggunakan teknologi pemetaan proyeksi, sehingga karya seni yang ada di sini bereaksi terhadap gerakan dan sentuhan pengunjung. Hanya dengan menggerakkan tangan, pemandangan di sekeliling mereka ikut berubah.

Instalasi seni yang ada di museum ini berusaha untuk menghilangkan batas-batas dan memungkinkan pengunjung museum menjelajahi dunia fiksi yang indah dengan cara mereka sendiri.

Ketika memasuki area pertama dari museum ini kamu akan melihat ruangan-ruangan kosong yang dipenuhi dengan ilusi optik yang cantik berbentuk ribuan bunga warna-warni, lampion, dan cahaya warna-warni yang digerakkan oleh sensor dan diproyeksikan ke seluruh ruangan.

Dan The Forest of Lamps menjadi salah satu area yang dipenuhi oleh lampu-lampu warna-warni yang melayang-layang dengan indahnya. Setelah itu, di ruangan selanjutnya kamu dapat mengunjungi The Crystal World. Di area ini pengunjung disuguhkan dengan lantai berwarna-warni dengan ribuan lampu LED dengan ilusi optik yang menakjubkan. Tak heran jika, tempat ini menjadi salah satu spot instgramable bagi para pengunjung museum.

Beranjak ke area lainnya yaitu The Weightless Forest of Resonating Life. Sebuah area berupa ruangan yang dipenuhi dengan orbs-orbs atau bulatan-bulatan besar yang terlihat seperti balon udara yang seolah melayang-layang di atas kepalamu.

Setelah puas menjelajahi muesum ini, pengunjung juga dapat beristirahat dan menikmati secangkir teh di EN Tea House. Hanya dengan membayar sekitar 500 yen atau Rp. 63 ribu, pengunjung dapat menikmati hidangan teh dengan hiasan bunga yang bisa mekar di dalam cangkir dengan cantiknya.

Jika ingin mengunjungi mueseum ini, kamu harus membayar biaya masuk museum dengan harga 28 USD atau sekitar Rp. 400 ribu untuk orang dewasa dan 9 USD atau sekitar Rp. 130 ribu untuk anak-anak.

9. Museum Atelier des Lumieres

Museum yang dibangun dan dioperasikan oleh Culturespaces itu merupakan museum seni digital pertama di Paris. Dilansir The Guardian, saat museum itu dibuka, Culturespaces menyelengarakan sebuah pameran bertajuk “Workshop of Lights” yang didedikasikan untuk Gustav Klimt dan karya-karya seninya di sebuah ruangan besar yang bernama La Halle. Tidak hanya karya Gustav Klimt, di sana juga ditampilkan beberapa karya seni lainnya dari Egon Schiele dan Friedrich Stowasser, yang dikenal sebagai pelukis dengan konsep ‘Hundertwasser’nya. Selain itu, terdapat beberapa ruangan yang menampilkan karya seni digital lainnya.

Terdapat pula ruangan lain bernama Le Studio yang lebih memanjakan pengunjung dengan konsep audio visual yang canggih. Karya-karya dari para seniman diubah menjadi gambar lukisan yang diproyeksikan (menggunakan 140 proyektor video laser) ke sebuah dinding setinggi 10 meter dengan luas sekitar 3 ribu meter persegi dan menghasilkan karya seni digital yang sangat memukau.

Tidak hanya gambar-gambar yang immersif dan memiliki pemandangan luas di seluruh ruang, kamu juga bisa mendengarkan musik dari beberapa musikus dunia, seperti Wagner, Chopin, Beethoven, dan lain-lain. Musik tersebut disajikan menggunakan sistem suara inovatif dan gambar-gambar yang bergerak, dengan 50 speaker yang diprogram untuk melengkapi pengalaman visual 3D, sehingga kamu dapat menikmati sebuah perpaduan karya seni cantik.